IM, PIRU-
Pengurus DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Rimbo Bugis menyebutkan perilaku Yasin Payapo sebagai peringatan dini bagi para donatur di daerah itu agar mendukung calon kepala daerah yang memiliki modal finansial awal yang cukup.
Agar ketika gagal mendapatkan pembagian kue pembangunan, tidak terlalu merasa dirugikan. Sebab kongkalikong proyek daerah adalah perbuatan melawan hukum yang berpotensi merugikan keuangan daerah.
“Ini khan seperti pembohongan. Sudah dibantu tapi hasilnya mereka yang donatur diabaikan begitu saja,” kata Wakil Ketua DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah asal Kabupaten SBB itu, Kamis (2/7/2020).
Menurut Rimbo, perilaku penguasa semacam Yasin Payapo, sisi negatifnya bagi daerah bukan terletak pada barter proyek dengan dana para donatur saja.
Tapi juga pada monopoli proyek oleh pihak lain yang dianggap oleh Bupati SBB menjanjikan dana yang lebih besar bagi pencalonan periode berikutnya seorang kepala daerah.
Terkesan Yasin Payapo menjadikan para donatur sebagai batu loncatan di Pilkada sebelumnya. Setelah itu mereka diabaikan, seperti istilah sehari-hari “kacang lupa kulit”.
Terkait hal ini, Rimbo menyebutkan kontraktor Uya, bukan rahasia umum lagi disebut-sebut berhasil mengkapling sebagian besar proyek milik Pemda Kabupaten SBB.
“Indikasinya, proyek-proyek Pemda SBB sekarang semua dikasih untuk Uya. Mungkin karena dia poles bagus,” ketus Rimbo.
Sebelumnya diberitakan, Jo Maspaitella adalah salah satu donatur bagi kedua pasangan di Pilkada SBB. Sebelum meninggal, dia hanya berharap diberi proyek Pemda Kabupaten SBB oleh Bupati Yasin Payapo.
Anak almarhum, mengaku sebagai anak dia berharap ikut menikmati proyek Pemkab SBB t. “Kalau berapa jumlah dana, pastinya cuma mama yang tau,” kata Nicko Maspaitella.
Sepeninggal almarhum ayahnya pada tahun 2019 lalu, tutur Nicko, kehidupan dia dan ibu serta dua adiknya makin sulit.
Maka satu-satunya harapan adalah amanat sang ayah agar Yasin Payapo memberikan proyek.
“Satu kali beta pernah pigi ketemu bupati, karena waktu bapa mau putus (meninggal) bilang par beta dengan mama nanti pigi di pa Bupati untuk minta bantu proyek. Tapi pigi kasana, Bupati bilang seng kenal, katong seng dapa ketemu,” ungkap Nicko.
Gagal di kali pertama Nicko mencoba lagi. Kali ini dia berhasil ketemu langsung dengan sang bupati. Setelah memperkenalkan diri sebagai anak pertama almarhum Jo Maspaitella, dia menyampaikan amanat ayahnya, namun pertemuan itu tak menghasilkan apa-apa.
Beberapa bulan kemudian, Nicko bersama sang ibu dan kedua adik perempuannya memberanikan diri menjumpai Yasin Payapo di rumah pribadinya di kawasan Galunggung, Negeri Batumerah, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon. Namun pertemuan di hari lebaran itu tak mengasilkan apa-apa.
“Pas lebaran, katong ketemu beliau di rumah Galunggung. Bupati bilang belum ada proyek. Waktu itu antua hanya kasih nomor telepon,” keluh Nicko.(pom)