IM,AMBON-Nama Lengkapnya, Babang Sambas, siswa SD Tanah Rata, Desa Batumerah, Kota Ambon. Bapaknya bernama Sambas, sementara ibunya bernama Meiana. Namun kedua orang tuanya itu telah berpisah.
Sang ibu menikah dengan laki-laki lain. Tidak ada perhatian dari ibunya, membuat Babang harus menopang hidup dengan mencari besi tua atau jadi pemulung untuk melanjutkan pendidikan.
Tapi sekolah di musim pandemi harus belajar dari rumah, Babang mesti bekerja lebih keras untuk bisa menyewa HP agar dapat mengikuti sekolah online.
Bahkan di tengah-tengah derasnya hujan, siang maupun malam Babang berjuang sendiri demi sesuap nasi dan biaya kebutuhan sekolahnya itu.
Dalam satu kesempatan Babang ditemukan dalam kondisi basa kuyup. Dia menangis di emperan jalan. Hujan deras tidak dapat hasil padahal seharian mencari besi untuk dijual.
Babang kelaparan belum makan dari pagi, ketika ditemukan oleh seorang aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Lukman Makatita. Lukman hanya bisa membantu untuk sekedar makan dan sedikit uang kepada Babang.
Lukman Makatita menuturkan Babang mengeluh belum makan dan menceritakan semua kondisi keluarganya yang tingal di Tanah Rata depan kantor kementrian kehutanan tepat di belakang bengkel, Desa Batumerah, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon.
Lukman mengaku prihatin melihat anak sekecil itu yang entah kenapa kurang mendapat perhatian pihak keluarga. Dia juga menyesalkan minimnya perhatian Pemkot Ambon maupun Pemprov Maluku.
“Dimana hati kecil mereka dan jiwa kemanusiaan pemerintah di daerah ini. Semoga ini menjadi perhatian segera,” kata Lukman Makatita saat di hubungi pada Minggu (6/9/2020) lalu.
Babang memang anak yang rajin dan tekun. Meski hasinya tak seberapa dia tak ragu membagi hasil mulung yang ia peroleh. “Kadang ia bagikan dengan ibunya dan adik-adik tirinya,” ungkap Lukman.
Kalau tidak dapat hasil dari memulung, tutur Lukman, Babang bisa bermalam-malam di jalanan dan tidak memperdulikan kondisi hujan maupun gelapnya malam.
Dengan rasa lapar Babang berjuang menyambung hidup dan pendidikan untuk masa depannya.
Lukman berharap pemerintah daerah masih punya hati dan rasa kemanusiaan uantuk membantu anak ini dan masa depannya.
“Sebagaimana pesan undang-undang untuk memberi pendidikan yang layak dan kesejatraan apalagi untuk anak sekecil itu,” ingat Lukman (pom)