Ketika “goyang kaka Enda” merebak di berbagai ajang lomba memperingati HUT RI beberapa waktu lalu, tak pelak memicu cibiran warga lainnya di Kota Ambon. Kecuali tarian Hadrat Negeri Batumerah yang masih digelar bahkan makin marak ditampilkan, tidak demikian yang terjadi pada Dansa Katreji milik negeri-negeri di Kecamatan Leitimur Selatan, Kota Ambon.
Tarian rakyat yang mengandalkan olah ketangkasan para penarinya yang rata-rata berusia remaja itu seolah kalah oleh goyangan manis ibu-ibu yang berputar kiri kanan maju mundur, dalam iringan lagu berjudul “Kaka Enda”.
Walhasil, bukannya generasi muda Kota Ambon ditulari dengan program-program yang berbau pelestarian sejarah, namun kaum ibu yang direcoki dengan musik bernuansa gembira oleh panitia HUT RI di Tribun Lapmer (Lapangan Merdeka). Degradasi budaya malah dipicu oleh “kelalaian” kalau tak mau disebut “kesengajaan” kaum tua Kota Ambon. Jadi jangan heran suatu saat muncul anggapan bahwa degradasi moral generasi muda dapat dikatakan akibat kelalaian atau kesengajaan “kaum tua” di kota bertajuk “ambon manise” ini.
Tentu saya tak mau memicu polemik seputar moral yang lebih layak dianggap privasi setiap orang itu. Namun menurut saya, pembangunan kota Ambon kedepan hendaknya turut menyentuh alias dirasakan oleh masyarakat pemilik budaya itu. Kebudayaan merupakan kekayaan atau modal yang memiliki potensi yang bisa memberikan kontribusi positif pada kesejahteraan masyarakat. Nah potensi budaya ini yang semestinya disadari oleh pemerintahan yang akan datang untuk diangkat untuk mendorong peningakatan PAD salah satunya. Apalagi disinkronkan dengan program pemerintah pusat dan Pemkot, ‘Ambon kota musik dunia’ yang diakui UNESCO.
“Katong seng perlu terjebak oleh era modernisasi dan meninggalkan nilai-nilai kebudayaan yang dimiliki. Dengan kata lain boleh modern tetapi tetap menjaga dan melestarikan nilai-nilai tersebut”
Karena Ambon yang hendak dilihat ketika berbagai ajang ‘Ambon Kota Music’ digelar setelah pengakuan UNESCO dikantongi, adalah Ambon yang kaya dengan hal-hal yang khas daerah ini. Kalau hal-hal itu mampu membuat orang nyaman, bukan tidak mungkin mereka akan ingat untuk kembali lagi.
Dan tidak jarang investasi hadir di suatu daerah karena rasa nyaman dengan daerah itu. Selain kepastian hukum dan regulasi, ada hal-hal spesifik yang menarik minat para investor. Dan yang spesifik itu boleh jadi adalah sesuatu yang khas pada budaya daerah itu.
(Saiful Chaniago/tokoh pemuda Kota Ambon, dan juga aktif sebagai ketua DPP KNPI, juga pengusaha muda nasional yang aktif di HIPMI)