Infomalukunews.com, SBB,- Persoalan RSUD bukanlah hal yang baru bagi masyarakat Kabupaten Seram Bagian Barat, mulai dengan keluhan keluarga pasien akibat buruknya pelayanan oknum tenaga medis sampai dengan kurangnya ketersediaan alat medis serta fasilitas pendukung RSUD yang tidak memadai.(01/05/2024).
Belum cukup sampai di situ, Para tenaga medis seperti Dokter dan Tenaga Perawat honorer yang selalu berulah dan melakukan demonstrasi serta mogok kerja akibat dari Hak – Hak mereka yang selalu di permasalahkan, membuat masyarakat yang membutuhkan Pelayanan kesehatan menjadi korban.
Serasa belum lengkap dan klimaks masyarakat SBB di buat menderita bahkan Bisa meninggal dunia bukan akibat ajal tetapi oleh karena ulah dari pihak rumah sakit sendiri, hal ini bisa dilihat dari ketersediaan obat – obatan Emergency dan obat – obatan lainnya yang kosong di RSUD Piru.
Padahal sebelumnya di beberapa minggu yang lalu saat di wawancarai oleh media ini, Direktur RSUD Piru Gerry Kurniawan menyampaikan Bahwa ketersediaan obat – obatan RSUD piru sudah ada untuk kebutuhan tiga bulan sampai dengan satu tahun ke depan, bahkan telah di bantu juga oleh dinas kesehatan apabila terjadi kehabisan stok obat – obatan di Rumah Sakit.
Ternyata semua yang di sampaikan itu hanya sebuah kebohongan dan di duga Pemerintah Daerah dan Majemen RSUD Piru telah melakukan Penipuan terhadap Publik dan masyarakat SBB.
Hal ini dapat dibuktikan saat orang Tua dari Wartawan media ini di rawat di RSUD Piru.
Saat dikonfirmasi lewat pesan WhatsApp, Kurniawan menjelaskan bahwa Stok Habis dan Obat sedang di pesan.
“[30/4 12.05] Direktur. RSUD Garry K: Pagi, bukan zg tersedia, tp stok habis..
[30/4 12.05] Direktur. RSUD Garry K: Sementara di pesan..
[30/4 12.05] Direktur. RSUD Garry K: Bt lay ada bawa maitua check up.
[30/4 12.06] Direktur. RSUD Garry K: Bt baru tanya pengelola farmasi, dia sementara pesan
Saat di antarkan ke ruwang UGD, Dokter Mey salah satu Tenaga Medis Rumah Sakit menyerahkan Resep obat yang di butuhkan untuk di beli di Apotik Komersil di luar, yang membuat Wartawan media ini bingung adalah Resep obat yang harus di tebus tersebut adalah Cairan Infus, Neurobion Suntik dan Obat Anti Biotik yang nilai ketiga jenis obat tersebut harganya tidak sampai Rp.50.000.- ( Lima Puluh Ribu Rupiah ).
Kok obat umum seperti ini bisa kehabisan di rumah sakit?.
Bagaimana jika ada pasien yang masuk Rumah Sakit tiba – tiba dan Apotik Komersial sedang tutup karena hari libur atau sudah tengah malam, ini bisa bahaya.
Saat Wartawan Media ini mengkonfirmasi Dokter Mey, dirinya menjelaskan bahwa, ” Dokter hanya melakukan pemeriksaan dan tindakan medis kepada pasien terkait dengan obat – obatan bukan kewenangan Dokter, Dokter tidak menjual obat – obatan, Dokter hanya membuat resep dan jika di apotik RSUD tidak ada stoknya maka konsekwensinya harus beli di luar”. Ujar Mey.
Bahkan Dokter mey sendiri mengarahkan kepada wartawan untuk konfirmasi langsung kepada penanggung jawab atau kepala ruangan UGD, saat sedang berkoordinasi dengan kepala ruangan, datang salah satu perawat yang bernama Rahman Hukom yang bukan kewenangannya tiba – tiba menuduh Wartawan bahwa telah membuat kegaduhan di Ruang UGD, dari kejadian demi kejadian, watawan media ini menduga bahwa setiap kali ada komplain dari keluarga pasien, maka ada oknum – oknum tertentu yang sengaja di pakai untuk mengintimidasi keluarga pasien seolah – olah telah membuat keributan sebagai modus untuk menutupi kebobrokan pelayanan mereka.
Pihak Kepala Ruangan RSUD Sendiri tidak dapat berbuat banyak dan hanya bisa meminta untuk memaklumi keadaan yang ada.
Jika kondisi seperti ini terus berlanjut maka kami meminta kepada Pihak Aparat Penegak Hukum (APH) untuk segera melakukan Pemeriksaan Khusus, karena diduga Ada tindak pidana korupsi besar – besaran di dalam Rumah Sakit umum Piru yang menjadikan masyarakat sebagai korban dan tumbal kejahatan mereka.(IM.KR).