Infomalukunews.com,SBB,- Sudah yang ketiga kalinya Direktur RSUD diganti hanya dalam Setahun, Awalnya RSUD Piru Di Pimpin oleh dr. Michael A. Siwabessy, selanjudnya di ganti oleh dr. Johan Selanno dan di gantikan lagi oleh dr. Yunianingsih Selanno,Sp.PK, dan sekarang RSUD Piru di jabat oleh Gariman Kurniawan, namun RSUD Piru bukannya lebih baik tetapi malah tambah melarat, Masyarakat SBB yang menjadi Pasien harus terpaksa menebus obat – obatan menebus obat – obatan di Apotik komersil di luar, sedangkan ketersediaan obat – obatan di Apotik Milik RSUD Piru kosong melompong.(06/05/2024).
Dari pantauan Wartawan media ini, seluruh keluarga pasien harus membeli kebutuhan obat – obatan di Apotik Komersil, padahal jaminan kesehatan yang di fasilitasi oleh Pemerintah dengan jaminan BPJS Kesehatan, masyarakat tidak perlu merogo kocek untuk menebus obat – obatan yang di butuhkan karena sudah di sediakan oleh pihak rumah sakit, dan kejadian ini sudah terjadi dan membudaya di RSUD Piru selama bertahun – tahun dengan alasan RSUD tidak dapat memesan Obat – Obatan akibat terlilit hutang yang belum di bayarkan sejak Direktur RSUD di jabat oleh dr Michael A. Siwabessy sampai saat ini di jabat oleh Gariman Kurniawan.
Bahkan wartawan media ini mengalami dan melihat langsung fakta yang terjadi saat orang tuanya di rawat di Rumah Sakit, di hadapan Dokter UGD dr. Mey dan Kepala Ruangan UGD dan di Saksikan oleh oleh beberapa perawat ada salah satu Tenaga medis UGD berani menawarkan Cairan infus milik pasien yang telah keluar dari Rumah sakit kepada Wartawan media ini untuk di pakai nanti baru di ganti.
*Pak ini ada Cairan infus sisa milik pasien Bapak bisa Pakai dulu nanti kalau bapak sudah tebus di apotik baru bapak ganti”. Tawar perawat tersebut.
Dari kejadian ini, patut di curigai akibat kekosongan obat – obatan di Rumah sakit, maka sisa Obat – Obatan milik keluarga pasien yang di tinggalkan di komersilkan kembali oleh oknum – oknum tenaga medis.
Kepada media ini, salah satu suami dari pasien yang di rawat menyampaikan, “masa obat setingkat Paracetamol saja seng (tidak) ada di Apotik Rumah Sakit, katong ( kami) musti pi (pergi) Beli obat di Luar itu bagaimana lagi, kalau model pelayanan Rumah Sakit seperti ini sebaiknya di tutup saja Rumah sakitnya”. Ujarnya kesal.
Hasil pantawan wartawan media ini, Sejak orang tua Wartannya di rawat di Rumah Sakit, mulai dari UGD sampai di ruangan perawatan, setiap resep yang di berikan oleh Pihak Dokter semuanya di tebus di Apotik Komersil dan itu terjadi kepada mayoritas pasien yang di rawat di RSUD Piru.
Sebelumnya RSUD Piru Kedatangan Tim Surveryor Lembaga Akreditas Fasilitas Kesehatan Indonesia (LAFKI) Bpk. Jacky Tuamelly, Sp.B(K) Trauma, FICS, FINACS, FIHFAA dan Ibu Helda De Jong, SKM, M.KEs, FIHFAA. Untuk melakukan Survei terkait akreditasi RSUD Piru sesuai dengan ketentuan UU demi meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Apabila di lihat dari kenyataan yang terjadi maka Predikat Madya bintang tiga yang di sandang oleh RSUD Piru sejak 2018, tidak akan mungkin meningkat menjadi “Paripurna” bintang lima seperti harapan Pj.Bupati SBB dalam sambutannya beberapa waktu lalu, saat di datangi oleh Tim Surveyor LAFKI.(IM.KR).