INFOMALUKUNESW.COM,AMBON,– Polemik perusahan PT Spice Islands Maluku (SIM) dengan masyarakat tidak berkesudahan.
Hal ini berkaitan dengan ketidak puasan warga atas penyerobotan yang merupakan ujung tombak kehidupan serta ekonomi masyarakat setempat.
Polemik itu makin panjang ketika sederet kejadian besar antar masyarakat dan perusahan budidaya pisang dolar tersebut. Dari aksi demonstrasi masyarakat, kematian salah satu warga hingga hal yang remeh temeh langsung dilakukan pelaporan ke Polisi oleh PT SIM.
Faisal Marasabessy, Wakil Ketua Bidang Agraria dan Tata Ruang DPD KNPI Maluku kepada media ini, Jum’at (05/07) mengendus, yang dilakukan perusahan Pisang Abaka itu bagian dari gertakan gertakan managemen PT. SIM. Yang seyogyanya hanya untuk menakut-nakuti warga. Seperti halnya melaporkan warga atas nama Ma’ruf Tomia.
“Yang herannya, PT SIM tidak belajar dari korban jiwa akibat kena alat milik mereka,” akui dia.
Faisal menyatakan, sejak PT. SIM beroperasi, ada kurang lebih 800,7 Hektar tanah dirampas, 300 an ternak sapi warga hilang.
Sedikitnya 5000 pohon produktif ditebang juga kurang lebih 100 hutan magrove rusak, juga ratusan hektar rumput laut gagal panen.
“Lalu dengan arogan, di ruang publik Perusahan tampak seperti malaikat penyelamat, mereka mengaku dan mengklaim sepihak seolah mereka (PT.SIM) ini peduli terhadap kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat setempat dengan pekerjakan ratusan masyarakat setempat. Padahal tak ada data pasti terkait hal tersebut. Terkesan membolak balikan keadaan, dimana mereka adalah korban padahal justru sebaliknya,” ungkap, Faisal, pada media infomalukunews.com, Sabtu, 6/7/24
Pihaknya lantas menentang PT SIM membuka data karyawan yang yang dieluh-eluhkan.
“Saya tantang PT.SIM, atas keterbukaan data terkait kebijakan perusahan dalam hal perekrutan dan pemberdayaan warga lokal, jumlah dan presentase karyawan lokal (warga setempat). Dari situ kita bisa melihat asas kebermanfaatan dari PT SIM sejak beroperasi dibanding dengan kerusakan lingkungan, kematian warga dan juga kerugiaan materil yang lain,” tegas aktivis Nahdiyin itu.
Perihal hal itu, wartawan media ini melakukan wawancara warga di sekitar kawasan operasi PT. SIM. Tepatnya dusun Pelita Jaya desa Eti dan dusun Pohon Batu Desa Kawa.
Warga yang enggan namanya ditulis menyebutkan, tidak banyak warga yang direkrut. Hanya sebagian, itupun dari warga desa induk. Warga dusun yang lahannya diseroboti justru terkesan diacuhkan.
Sementara ditanya soal program program pemberdayaan melalui Corporate Social Responsibility (CSR), warga mengaku hanya mendengar saja tapi belum merasakan. Pungkasnya, (IM-GB)